Tuesday, February 17, 2015

To keep myself be myself.

Minggu 1 February 2015
10:58
I write this because nobody else would. HA HA


I love yellow no matter what. People said my aura and personality color is yellow too.
I grumble like a mom a lot. If you’re close enough with me, I’ll show you.
I am not into selfie or such things.
I have such a common man mindset. Simple and can’t stand with drama queen.
I am both coffee and tea person.
I like sunrise more than sunset. 
My physical battery will be drained right after Isya.
I always have a perception; time is the best healer.
I dont like books and movies which desperately tell about love.
I am afraid of giant lizard or geckos. I really want them to extinct.
Milky way is my biggest obsession. Top of my bucketlist.
I rarely cry. But once I did mostly because of Korean drama. Yuck.
I have a hate-hate-hate-love relationship with my acnes.
When I’m nervous or too excited, my mouth and my brain will be not syncronized. I will say different words from what I’m thinking. That’s weird but it happened a lot.
I am fangirling SHINee like crazy.
If you want me to fall in love with you, you just have to be smarter than me.
I am a newbie English Teacher but sometimes I randomly felt like losing my english skill. 
So that is why I write this random post in english.
To keep myself be myself.

 
hello, this is me,
Antykahfi

Saturday, January 31, 2015

Teruntuk Bunga Matahari.

Jumat 30 Januari 2015
21:12


Malam ini hujan.

Teruntuk Bunga Matahari yang kehujanan malam ini. Tertunduk sayu. Melindungi dirinya agar tidak basah. Agar tetap utuh. Agar masih bisa bertemu Matahari esok pagi.

Hujan ini semakin deras.

Titik hujan semakin kuat menerpa punggung Bunga Matahari. Dia tahu, dia harus bertahan. Walau tekadang bulir air begitu kuatnya jatuh menerpanya. Cuaca dingin ini tak membuatnya kedinginan. Karena selalu ada dalam pikirannya; Matahari akan bersinar menghangatkannya, besok pagi.

Semalaman hujan turun.

Semalaman pula Bunga Matahari meringkuk. Dia pasti lelah. Ingin segera berdiri tegak, menghangatkan diri, menatap Matahari. Inilah kekuatan aneh yang selalu muncul dalam dirinya. Kekuatan untuk membuatnya selalu bertahan. Agar bisa menatap Matahari, esok hari.

Akhirnya pagi datang.

Hujan sudah berhenti sejak dua jam yang lalu. Digantikan oleh kabut dingin yang nantinya akan berubah menjadi embun cantik. Yang akan menjadikan dia lebih cantik dari biasanya. Bunga Matahari kini kembali berdiri tegak menghadap ke arah timur. Dia akan bertemu dengan Matahari. Yang dipujanya sejak semalam.

Ternyata matahari tidak bersinar hari ini.

Masih bersisa awan mendung semalam. Menutup Matahari yang ingin dilihat olehnya. Angin dingin pagi ini menggerakkan Bunga Matahari yang sudah terlanjur berdiri. Dia menunduk sedikit. Embun cantiknya jatuh. Satu hal yang dia lihat; Matahari tidak datang pagi ini.

Tidak apa-apa.

Esok pasti kan bertemu lagi.


Untuk aku, dan keinginanku untuk punya kebun bunga matahari.

Antykahfi


  


Saturday, January 24, 2015

2015!

Sabtu 24 Januari 2015
17:31
Welcome to my favourite number; 15!



Whoaaa, I’m back writing!

Sebenernya udah lama aku pengen nulis lagi. Cuman ya kendalanya banyak. Pertama males, kedua udah buka blog trus didiemin aja nggak tau mau nulis apa, ketiga udah connect ke internet malah buka youtube. Gitu terus sampe ide tulisannya kebawa rambut rontok.

Sekarang aku niatin buat nulis lagi. Bismillah.

Well, nggak banyak yang aku lakuin buat ngerayain tahun baru 2015 kemaren. Aku bukan tipe no-party-no-happy. Bisa bareng keluarga dan temen-temen terdekat aja udah seneng. Mungkin emang bener kata orang; semakin tua kita bakal semakin sadar mana aja orang-orang yang tulus buat jadi temanmu. Yah seenggaknya mau mendengarkanmu. Tapi tetep, semakin kesini aku semakin yakin bahwa orang-orang yang bisa aku percaya hanya keluarga. No reason for them to leave me alone, neither me. Darah selalu lebih kental daripada air. Ya, kan?

15. That’s my favourite number. Ever. Forever. 2015 also my favorite year? Hmm.

Sampai pada hari ini, hari ke 24 di tahun ini, aku masih berjuang untuk aku, dan semua keinginanku yang belum kesampaian. Dilema-dilema yang terus datang, ketakutan yang selalu coba aku lawan, pikiran-pikiran negatif yang menghantui dan niat yang terkadang oleng sudah jadi teman setiap harinya. Bahkan ketika mulai terasa lelah, aku tidak pernah terpikir untuk berhenti. Entah sejak kapan kalimat motivasi-motivasi diri mulai efektif berlaku untukku.

Kalau aku bisa menuliskan 15 resolusi untuk tahun 2015 ini, 1 sampai 10 akan aku tuliskan; aku ingin jadi Muslimah yg sholehah, smart, well-mannered. Dan 5 resolusi akhir adalah kebahagiaan, kesehatan, rezeki yang cukup, amal yang tidak ada hentinya, dan hati yang mencintai dan dicintai. Berlebihan ya?   

Satu bulan pertama memang berat. Masih ada sebelas bulan lagi untuk bersenang-senang.

Run with me, 2015!


Antykahfi.

Thursday, September 25, 2014

Satu Kata Nama

September 25, 2014
22:22
Tak bergeming, hanya tersenyum sekedarnya.


Hai. Lama sekali aku tak menulis. Rasanya jari-jariku mulai ogah bergerak di atas keyboard laptop sejak skripsiku selesai. Oh ya, aku sudah lulus sekarang. Begitu cepat ya waktu berlalu.

Hampir sebulan sudah aku resmi menyandang gelar Sarjana Ekonomi. Hmm kalo inget lagi bagaimana perjuanganku buat wisuda tanggal 30 Agustus kemarin, rasanya aku.... sudahlah. Sudah berlalu.

Katanya, berjuang tidak sebercanda kamu main petak umpet dengan adikmu atau tarik ulur hubungan dengan gebetanmu. Ya, itu benar.  Padahal aku adalah orang yang sangat menghindari kehidupan penuh drama, tapi ternyata Tuhan punya cerita untuk yang berjuang. Tuhan merangkai cerita perjuanganku yang begitu pelik buat dapet wisuda tanggal 30 Agustus dengan begitu apik. Bahkan sejak jauh sebelum aku memikirkan hari wisuda. Kalimat “Tuhan tahu yang terbaik buatmu” itu benar adanya.

Ada yang menarik. Aku hanya memiliki waktu 4 hari untuk mengurus skripsi dan mendaftar wisuda. Hampir semua temanku bertanya “Kok bisa Tik?” Aku hanya menjawab sekedarnya “I was trying.” Tetapi hari ini aku mendapatkan pertanyaan menarik “Kok kamu bisa nyelesaiin skripsimu cepet banget? Trus habis ujian pedadaran kok bisa langsung wisuda? Gara-gara siapa?”

Aku tidak menjawab.
Hanya tersenyum.


Setiap orang pasti punya satu kata nama yang tidak pernah tersebut di permukaan. Itulah jawabannya.


























S.E. untuk Papa, Cumlaude untuk Mama.

Antykahfi.

Sunday, July 13, 2014

Smart People Worth Leadership.

Sunday, July 13, 2014
15:02
Part of my Essay.

Kira-kira setahun yang lalu, mahasiswa IP FE UII sempat diberi tugas untuk membuat essay dari hasil seminar LKIL. Sore ini secara tidak sengaja bertemu lagi dengan file essay tersebut. Well, here my so-so essay at that time.   

****
Akhir pekan lalu, saya dan teman-teman satu angkatan 2010 di IPFE mengikuti rangkaian akhir program pengembangan karakter yaitu Latihan Kepemimpinan Islam tingkat Lanjut atau disingkat LKIL. Program LKIL ini adalah salah satu dari rangkaian program Character Builiding yang dilaksanakan oleh Internasional Program UII kepada mahasiswanya. Program ini dilaksanakan sebagaimana mengacu pada visi dan misi IP UII untuk menciptakan seorang Global Leader  yang mampu menghadapi ragam bentuk perubahan dan persaingan global baik dalam hard skill  maupun soft skill. Saya rasa program ini memiliki tujuan mulia agar mahasiswa IP UII mendapatkan inspirasi dan motivasi dari narasumber sehingga nantinya inspirasi dan motivasi tersebut dapat diserap dan diaplikasikan dalam kehidupan mahasiswa baik saat masih dalam tahap perkuliahan atau masa setelah memasuki dunia pekerjaan.
            Menilik program-progam Latihan Kepemimpinan Islam yang terdahulu, baik di tingkat dasar maupun menengah, saya pikir konsep LKIL ini sendiri tidak jauh berbeda. Penyelenggara dari tim character building IP masih menghadirkan narasumber dari alumni UII yang tidak hanya pernah memiliki pengalaman memimpin yang baik semasa kuliah mereka, namun juga sekarang di masa tua mereka juga sudah memetik hasil dari apa yang mereka usahakan selama masa mereka menjadi aktivis di kampus. Jika saya mengingat pada waktu LKIM lalu, IP mengundang Bapak Yodhia Antariksa sebagai pembicara. Beliau dulunya adalah Pemimpin Redaksi Majalah Ekonomika milik Fakultas Ekonomi UII, dan sekarang sudah sukses sebagai penulis dan enterpreneur. Bapak Yodhia menceritakan bagaimana pengalaman beliau dan bagaimana beliau memotivasi dirinya agar ke depannya ia bisa jauh lebih baik dari hari sekarang. Tidak jauh berbeda dengan pembicara-pembicara di LKIL kali ini, Bapak Hamid Basyadi dan Bapak Suparman Marzuki adalah sekian dari banyak orang yang sukses karena mampu dan mau memotivasi serta menggerakkan dirinya sendiri untuk menjadi lebih baik lagi setiap harinya.
            Pembicara pertama pada hari itu adalah Bapak Hamid Basyaib yang sekarang menjabat sebagai staf ahli MPR RI. Semasa perkuliahan beliau dikenal sebahai pemimpin redaksi di majalah HIMMAH UII dan ketua LPM FH UII. Ketika awal dibacakan Curriculum Vitae dari Bapak Hamid, saya merasa kagum pada beliau. Walaupun sekarang pekerjaannya lebih banyak di dunia politik, namun beliau tidak meninggalkan akar beliau sebagai seorang jurnalis. Beliau menulis dan menerjemahkan cukup banyak buku, berkecimpung dalam beberapa bagian di stasiun tv swasta, serta memiliki nama yang cukup disegani di dunia keilmuan. Dari awal melihat cara beliau berjalan, menyapa kami semua, serta cara beliau berbicara di depan kami, yang ada di pikiran saya adalah “ah.. beliau pasti sudah melalui banyak hal dalam hidupnya. Beliau belajar sangat banyak.” Tutur katanya tegas namun berwibawa. Keras namun mengandung arti di dalam setiap perkataannya. Saya rasa tidak ada kata dalam ucapan beliau yang tidak mengandung wawasan di dalamnya. Sejujurnya saya sangat mengagumi orang-orang cerdas dan berwawasan. Saya tertarik dengan testimoni seseorang tentang beliau yang berkata; “He is a walking encyclopedia.” Dan saya seketika tertegun, “Wow, is he that smart?”
            Satu jam materi terasa cukup mengasyikkan. Pada awal materi beliau menyampaikan materi tentang pentingnya menjadi seseorang yang mature, brave, and solid. Saya melihat semua sifat itu ada pada beliau. Tapi saya rasa, hal yang melengkapi sifat-sifat tersebut adalah pengalaman. Pengalaman beliau lah yang mendewasakan dan memberi pelajaran hidup yang tidak akan pernah ditemukan di buku manapun. Maka dari itu tidak heran jika sekarang beliau menjadi seseorang yang tangguh dan solid. Saya suka gaya bicara beliau yang ceplas-ceplos namun mengandung arti. Bapak Hamid berasal dari Lampung, saya pun berasal dari Lampung. Ada kesamaan sifat diantara kami, tangguh dan berkata apa adanya. Jika tidak menyukai sesuatu, maka kami tidak perlu berpura-pura menyukai hal tersebut. Jika suka maka kami akan katakan yang sebenarnya. Tidak mencoba menutup-nutupi diri sendiri dan mencoba menjadi orang lain atau sering disebut pencitraan. Saya sangat jauh dari kata pencitraan. Saya terkenal cukup ceplas-ceplos dalam berbcara dan cukup tegas saat memimpin sesuatu. Tapi yang membedakan saya dengan Bapak Hamid adalah kecerdasan kami. Saya masih belum ada apa-apanya dibandingkan beliau.
Saya melihat Bapak Hamid sebagai sosok yang begitu “wah” di mata saya. Beliau begitu “tinggi”. Bahkan jika saya diminta untuk menyamai beliau mungkin hal itu hanya berakhir sebagai angan-angan saja. Jadi saya sampai pada kesimpulan bahwa beliau ini orang hebat, tapi bukan main role model buat saya. Saya jauh dari kata ilmuwan. Tapi walaupun saya tidak secerdas dan sepintar beliau, hingga sampai saat ini saya selalu membawa nilai islam dalam diri saya. Sebagaimana beliau juga memasukkan nilai-nilai islam dalam dirinya. Semoga seterusnya saya selalu dapat menjaga nilai-nilai islam ini pada diri saya, insha allah.
Pembicara selanjutnya adalah Bapak Suparman Marzuki yang sekarang menjabat sebagai Ketua Komisi Yudisial RI. Awal diumumkan nama beliau sebagai pembicara di LKIL kali ini saya lantas kaget; betapa hebatnya IP UII bisa mengundang beliau untuk hadir di acara kami. Saya juga sempat berdiskusi dengan beberapa teman yang penah mendapatkan seminar oleh beliau. Semua memberi referensi yang positif tentang beliau. Dan ketika saya menerima langsung materi tentang beliau, saya rasa semua orang yang memberikan testimoni positif tentang beliau itu benar adanya.
Berbeda dengan Bapak Hamid Basyaib, Bapak Suparman Marzuki lebih tenang serta pembawaannya lebih ke-bapak-an dan lebih berwibawa. Beliau juga berasal dari Lampung. Gaya bicara beliau sangat mirip dengan kakek saya, mungkin inilah salah satu ciri khas orang Lampung. Tidak jauh berbeda dengan Bapak Hamid, Pak Parman juga memiliki kehidupan yang sangat baik dan sangat efektif di masa perkuliahannya. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk belajar dan menjadi aktivis. Namun ada sisi beliau yang membuat saya kagum. Di usia beliau yang sekarang, dimana hanya tinggal memetik buah dari apa yang diupayakan beliau, beliau masih memiliki mimpi sederhana yaitu berdiskusi ringan dengan mahasiswanya di rumah beliau. Sejenak saya merasa, mungkinkah saya ketika berada di usia beliau masih memiliki mimpi?
Secara keseluruhan pelatihan kepemimpinan islam kemarin sudah berjalan dengan baik. Walaupun beberapa mahasiswa banyak yang mengantuk saat di kelas tapi saya bersyukur saya masih mendapatkan “sesuatu” dari pelatihan ini. Saya memiliki kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang hebat yang berjuang untuk bangsa ini. Dan hebatnya adalah dua narasumber ini memegang jabatan cukup penting di negeri ini. Sudah semestinya saya merasa bersyukur untuk semua kesempatan ini.
Beberapa bulan ini saya lebih sering membaca buku dan artikel tentang kepemimpinan. Bukan hanya satu pemimpin saja, namun cukup banyak cerita dari banyak pemimpin. Dan akhir-akhir ini saya juga dihadapkan dengan hal yang berbau tidak hanya memimpin tapi juga dipimpin. Banyak harapan yang diberikan pada seorang pemimpin. Berharap akan menjadi lebih baik, lebih termotivasi, lebih solid dan lebih lebih lainnya. Dan setelah membaca, mendengar, melihat semua informasi yang saya dapat, saya berkesimpulan bahwa seorang pemimpin haruslah cerdas. Ya, cerdas dalam berpikir, cerdas dalam berakhlak, cerdas dalam berkata. Seorang pemimpin harus menggunakan akal dan pikirannya jauh lebih banyak dari orang yang dipimpin. Dan hal ini terus berkembang dalam pikiran saya bahwa pemimpin yang hebat adalah seseorang yang mau terus belajar. Tidak ada hal yang lebih baik untuk menyempurnakan teori selain pengalaman.
            Saya selalu menyukai orang-orang yang mau belajar. Orang-orang yang seperti itu biasanya cerdas dalam menjalani hidup dan menggunakan logika dalam menyikapi sebuah masalah. Menurut saya, seseorang yang berpikir, menggunakan akal lebih banyak daripada menggunalan hati dan perasaan, adalah seseorang yang bisa saya berikan respek lebih. Terlebih jika orang tersebut paham agama dan bertindak layaknya khalifah di muka bumi. Saya merasa cendekiawan muslim macam itu tidak perlu lagi diragukan integritas dan kredibilitasnya. Namun sayang sudah jarang cendekiawan yang amanah tampil untuk membenahi bangsa ini. Kebanyakan orang pintar menggunakan kecerdasan mereka hanya untuk kepentingan beberapa pihak. Mereka pintar, namun tidak dewasa dan amanah. Maka dari itu saya sering berpikir untuk tidak menjadi terlalu pintar jika pada akhirnya hanya menjadi milik saya sendiri.
            Disinilah saya sampai pada kesimpulan bahwa sebenarnya setiap bisa jadi pemimpin asal orang tersebut mau belajar, mau introspeksi diri, memotivasi dirinya untuk menjadi lebih baik. Bukan hanya untuk dirinya namun juga untuk orang lain yang berada di sekitarnya. Untuk orang-orang yang percaya padanya tetapi juga untuk orang-orang yang menaruh harapan padanya. Saya percaya jika ada nantinya orang yang mempercayai kita, bahkan menaruh harapan untuk kita, artinya kita sudah belajar banyak di hidup ini. Ada tantangan baru untuk kita. Itulah permainan dalam hidup, harus terus berjalan, ke level yang lebih sulit. Jadi, sudah sampai dimana level kita hari ini?

“Don’t push yourself to make such a huge innovation, just makes everything slightly better.” – Hamid Basyaib, S.H. (2013)


Not really good at making essay,
Antykahfi.